Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » OPINI » Krisis Perhatian: Sebab Pokok Krisis Pembebasan

Krisis Perhatian: Sebab Pokok Krisis Pembebasan

  • account_circle Redaksi
  • calendar_month Sen, 16 Jun 2025
  • visibility 87
  • comment 0 komentar

 

Melki Deni, S. Fil

Alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (Sekarang, Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif) Ledalero, NTT, dan sedang belajar teologi di Universidad Pontificia Comillas, Madrid, Spanyol.

 

Saat ini krisis perhatian kemanusiaan sebagian besar terkait dengan penggunaan ponsel pintar yang berlebihan dan kecanduan online di ruang digital. Di ruang ini, mata dengan cepat meluncur melewati gambar dan video tanpa menyelami secara mendalam atau berlama-lama pada satu konten media.

Hal ini mengikuti inersia dari pembaruan terus-menerus konten media. Byung-Chul Han (2020,10) berpendapat bahwa “Pembaruan yang terus-menerus, yang pada saat yang sama mencakup semua bidang kehidupan, tidak memungkinkan adanya durasi atau penyelesaian”.

Berdasarkan logika yang berlawanan dengan intuisi, baik berpikir maupun membaca membutuhkan “perhatian mendalam”, artinya, memiliki durasi.

Seorang siswa yang baik perlu dimotivasi oleh guru dan tutor mereka dalam jenis persepsi ini, yang sangat bertolak belakang dengan persepsi digital yang menyita sebagian besar waktu mereka untu membaca, berpikir, menganalisis, dan mempertimbangkan sesuatu. Kebijaksanaan hati, perhatian penuh, dan ketahanan konsentrasi secara ajaib saling terkait.

Berdasarkan logika yang berlawanan dengan intuisi, di dunia digital, perhatian dilatih pada “yang bersifat aditif”, yaitu, pada yang belum selesai, pada apa yang tergesa-gesa tanpa makna atau arah apa pun. Karena alasan ini, tidak ada kemungkinan penangguhan perhatian di dunia digital.

Menurut Byung-Chul Han (2015, 31): “Waktu jaringan adalah waktu sekarang (Jetz-Zeit) yang terputus-putus dan segera berlalu. Ia berpindah dari satu tautan ke tautan lain, dari satu waktu ke waktu berikutnya […] jika terlalu lama hanya akan menyebabkan kebosanan”.

Saat ini, persepsi terganggu oleh pemikiran aditif; pemikiran aditif sebagai “pemahaman berturut-turut terhadap sesuatu yang baru” sangat berbahaya bagi perhatian.

Memori manusia bergantung pada “pengulangan”, sebuah contoh yang sangat bertentangan dengan sifat “serial” dari “sifat aditif”, yaitu, sesuatu yang tidak menyimpulkan atau menyelidiki lebih dalam.

Prinsip aditif, yang melekat pada dunia digital, menyebabkan semuanya menumpuk. Informasi dan gambar yang dilihat di ponsel pintar, komputer, tablet, ipad atau laptop kita terakumulasi dalam memori manusia, dan tetap berada di sana berdasarkan logika “ruang penyimpanan”. Arsitektur naratif memori manusia, yang didasarkan pada penangguhan, menurun dan digantikan oleh logika aditif.

Pikiran menjadi penuh dengan konten, dan mata kehilangan kemampuan untuk “memandang dengan penuh perhatian” dan hati tidak mampu respek terhadap masalah-masalah sosial, korupsi, penambangan, perdagangan manusia, bunuh diri, jebakan prostitusi, pornografi, aborsi, pemerkosaan, kerusakan lingkungan hidup, dll.

Byung-Chul Han (2016, 10) mengatakan bahwa “Memori saat ini menjadi tumpukan sampah dan data, ia kehilangan kondisi naratifnya dan menjadi ‘ruang penyimpanan’, yang dipenuhi dengan massa semua kemungkinan gambar, yang tidak terawat dengan baik dan sama sekali tidak teratur”.

Ruang digital juga memengaruhi mata manusia, yang dilatih untuk “berputar” yakni untuk menjelajah tanpa sampai pada apa pun yang mengandaikan kesimpulan atau penangguhan.

Gambar dan video digital yang berlimpah dan tersebar luas di Internet mengancam wawasan manusia secara berbahaya. Bagi Byung-Chul Han (2016, 9), “Saat ini, wawasan tidak dapat disimpulkan, karena wawasan tersebut bergerak cepat melalui jaringan digital yang tak berujung. Perubahan gambar yang cepat membuat mata tidak dapat ditutup […] antara gambar dan mata, terjadi kontak langsung”.

Membaca dan belajar, bagaimanapun, berarti berpikir, mempersoalkan, menginterpretasikan, mempertimbangkan, mencari jalan keluar dan menyimpulkan berlama-lama. Membaca berarti membuka jendela baru rentang waktu dan makna, itulah sebabnya mengapa kita bisa berlama-lama membaca apa pun.

Saat ini, mata manusia, yang terbiasa dengan teknologi digital, tidak dapat berlama-lama; oleh karena itu, ia tidak tahu cara membaca. Pandangan masa kini tidak mampu bertahan lama untuk membaca atau sekadar memejamkan mata: Selalu ada gairah yang tinggi untuk ada di ruang digital.

Dalam bukunya, La sociedad del cansancio, Byung-Chul Han menggunakan ide-ide Nietzsche untuk menyoroti “pedagogi melihat”. Pedagogi ini mengekspresikan kebutuhan akan ketenangan mata, kebutuhan untuk bertahan lama dan melihat dengan saksama.

Byung-Chul Han (2012, 53) menegaskan bahwa “Belajar untuk melihat berarti membiasakan mata untuk melihat dengan tenang dan sabar […] melatih mata untuk perhatian yang dalam dan kontemplatif, untuk pandangan yang panjang dan tenang […] menurut Nietzsche seseorang harus belajar ‘untuk tidak segera menanggapi dorongan, tetapi untuk mengendalikan naluri yang menghambat dan mengakhiri sesuatu’”.

Bila seseorang menyerah pada dorongan dan kecanduan dunia digital, ia tidak dapat lagi berlama-lama pada sesuatu, yaitu, bertahan, menghentikan arus untuk membuka ruang bagi penangguhan, perenungan, dan penghapusan bacaan.

Sangatlah mendesak untuk melatih mata manusia untuk menunda, daripada membiarkannya dalam sifat dunia digital yang aditif dan serial.

Dalam ruang virtual, mata bergerak secara mekanis dan algoritma, terlempar ke dalam banjir informasi, video dan gambar yang tidak menyisakan ruang untuk kesimpulan.

Di sini, mata dilatih untuk mempercepat persepsi, dan akibatnya, ia meremehkan penangguhan dan keheningan yang melekat dalam aktivitas membaca dan menulis. Seseorang dengan mata digital ini tidak bisa menjadi murid yang baik, pembaca yang baik atau guru yang baik.

Dalam pengertian ini, krisis pendidikan saat ini adalah krisis mata digital. Potensi perhatian yang luar biasa terdislokasi oleh cara hidup digital.

Memecahkan krisis pendidikan memerlukan, pertama dan terutama, revitalisasi vita contemplativa (hidup kontemplatif) yang memerlukan melatih mata untuk perhatian yang mendalam dan kontemplatif.

Gaya hidup digital seperti yang diketahui merupakan eksekutor kejam terhadap perhatian, ketahanan konsentrasi, berpikir filosofis, membaut wacana, dan mempertimbangkan segala sesuatu secara kritis, sistematis, dialogal dan terstruktur.

Diperlukan detoksifikasi mata manusia dari informasi digital yang berlebihan ini menuju mata nurani kemanusiaan yang mengamati. Mata nurani kemanusiaan adalah mata yang membebaskan dan memerdekan dari belenggu krisis perhatian digital dan perintah pasar bebas ekonomi kapitalisme neoliberal.

 

 

Penulis

Dari Flores Untuk Indonesia

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • Diduga Tidak Sesuai Spesifikasi, Proyek Pembangunan Jaringan Irigasi Wae Necak Ambruk

    Diduga Tidak Sesuai Spesifikasi, Proyek Pembangunan Jaringan Irigasi Wae Necak Ambruk

    • calendar_month Rab, 18 Jun 2025
    • account_circle Redaksi
    • visibility 241
    • 0Komentar

    Manggarai Timur – Proyek pembangunan jaringan irigasi Wae Necak, di Desa Compang Necak, Kecamatan Lamba Leda, Kabupaten Manggarai Timur, NTT diduga dikerjakan tidak sesuai spesifikasi. Proyek irigasi tersebut merupakan tanggungjawab Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Manggarai Timur yang menggunakan sumber Dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), tahun anggaran 2024, dengan nilai kontrak […]

  • Pembangunan Jalan Lapen di Desa Nanga Labang,Warga Sambut Antusias

    Pembangunan Jalan Lapen di Desa Nanga Labang,Warga Sambut Antusias

    • calendar_month Jum, 3 Okt 2025
    • account_circle Dion Damba
    • visibility 107
    • 0Komentar

    BORONG, KOMPASFLORES.COM – Kepala Desa Nanga Labang,Simplisius Adi Wagut mendapat apresiasi dari masyarakat terkait suksesnya pembangunan jalan Lapisan Penetrasi (Lapen) yang di anggarkan pada tahun 2025 ini. Salah seorang warga,NM (34) menyampaikan apresiasi dan ucapan terimakasih kepada Kepala Desa Nanga Labang yang sudah membangun jalan Lapen di desa. “Saya mengucapkan apresiasi dan terimakasih yang sebesar-besarnya […]

  • Getan Cooffe Hadir Dengan Nuansa Memanjakan Mata Bagi Para Pengunjung.

    Getan Cooffe Hadir Dengan Nuansa Memanjakan Mata Bagi Para Pengunjung.

    • calendar_month Ming, 3 Agu 2025
    • account_circle Redaksi
    • visibility 48
    • 0Komentar

    Manggarai Timur, Kompasflores.com-Getan Cave hadir dengan nuansa memanjakan mata bagi para pengunjung.Getan Cooffe Berlokasi di Desa Rana Mbeling, Kecamatan Kota Komba Utara, Kabupaten Manggarai Timur,Nusa Tenggara Timur, Coofee ini semakin populer di kalangan wisatawan yang melintasi daerah tersebut. Dari tampak luar, Getan Cooffe memiliki rak yang berjejer rapi berisi berbagai jenis minuman dan makanan yang […]

  • PPK Pastikan Kerusakan Beberapa Item Pengerjan Jalan Peti Kemas–Wae Kelambu Masih dalam Masa Pemeliharaan

    PPK Pastikan Kerusakan Beberapa Item Pengerjan Jalan Peti Kemas–Wae Kelambu Masih dalam Masa Pemeliharaan

    • calendar_month Jum, 31 Okt 2025
    • account_circle Dion Damba
    • visibility 174
    • 0Komentar

    LABUAN BAJO, KOMPASFLORES.COM – Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari HRS Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) 3.1 PJN Wilayah III Provinsi NTT, Diana A. Takaeb, memastikan bahwa kerusakan pada ruas Jalan Peti Kemas–Wae Kelambu masih dalam masa pemeliharaan. Karena itu, seluruh perbaikan menjadi tanggung jawab pihak kontraktor pelaksana, yaitu PT Brantas Abipraya–WIN KSO. Menurut […]

  • Kades Benteng Kuwu Klarifikasi Soal Dugaan Penyalahgunaan Dana Desa: “Informasi Itu Tidak Benar dan Merugikan”

    Kades Benteng Kuwu Klarifikasi Soal Dugaan Penyalahgunaan Dana Desa: “Informasi Itu Tidak Benar dan Merugikan”

    • calendar_month 23 jam yang lalu
    • account_circle Tim Media
    • visibility 32
    • 0Komentar

    MANGGARAI, KOMPASFLORES.COM – Kepala Desa Benteng Kuwu, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Walterius Handur, memberikan klarifikasi terkait pemberitaan salah satu media online tertanggal 8 November 2025 yang menyebut adanya dugaan penyalahgunaan anggaran dana desa di wilayah yang dipimpinnya. Klarifikasi tersebut disampaikan Walterius pada Senin (10/11/2025) di hadapan masyarakat. Ia menegaskan bahwa informasi yang beredar tidak sesuai […]

  • UPTD Puskesmas Mano Melaksanakan Assessment 25 Keterampilan Dasar Kader Posyandu Jenjang Purwa,Madya Dan Utama.

    UPTD Puskesmas Mano Melaksanakan Assessment 25 Keterampilan Dasar Kader Posyandu Jenjang Purwa,Madya Dan Utama.

    • calendar_month Kam, 7 Agu 2025
    • account_circle Redaksi
    • visibility 93
    • 0Komentar

    Manggarai Timur,Kompasflores.com-Dalam upaya peningkatan kapasitas kader Posyandu,UPTD Puskesmas Mano melaksanakan kegiatan Assessment 25 Keterampilan Dasar Kader Posyandu jenjang Purwa, Madya, dan Utama yang dilaksanakan di Puskemas Mano,Kamis (07/08/2025). Kegiatan ini di pimpin langsung oleh Kepala Puskesmas Mano,Paskalis Stanislaus Jangkar dalam sambutannya menyatakan, pentingnya kompetensi kader dalam menyukseskan kegiatan Posyandu,terlebih khusus kegiatan Posyandu dalam konteks Integrasi […]

expand_less